Minggu, 16 Juni 2013

ISTRI IDEAL ADALAH PENDAKI

                              ISTRI  IDEAL  ADALAH  PENDAKI
                                                           By. Uje_kenangan

            Membaca dari beberapa ungkapan bahwa suami ideal adalah pendaki Maka tak ada salahnya kalau ane ungkapkan” ISTRI IDEAL @ PENDAKI”
            Membawa beban di punggung puluhan kilo tak pernah menyerah dalam cuaca buruk, bertanggung jawab pada teman seperjalanan, menjadi koki di alam bebas dan tak pernah menyerah dalam keadaan terburukpun.
            Seorang wanita pendaki adalah wanita yang langka apalagi di iringi dengan pribadi yang tangguh pantang mengeluh,karna wanita yang terbiasa bertarung dengan cuaca dan keadaan yang tak dapat diprediksi demi menggapai keindahan alam yang tak bisa terungkap dengan kata-kata.
            Mungkin tak terlalu berlebihan jika hal itu dinobatkan kepada seorang wanita pendaki” ISTRI IDEAL @ PENDAKI”  walaupun masih ada sedikit kontroversi karna kebanyakan pendaki di dominasi oleh para lelaki.
Jika hal itu dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari bahkan kehidupan berumah tangga maka predikat tersebut sangat pantas bagi wanita pendaki, jika kita gambarkan maka dari setiap gontaian langkah kaki sang pendaki dengan beban ransel di pundak hingga menggapai PUNCAK, di ibaratkan seorang wanita yang takkan pernah letih memikul tanggung jawab sebagai seorang ISTRI yang takkan pernah ia lepaskan hingga nyawa memisahkan demi suatu tujuan kebahagiaan diri dan keluarganya.
            Dengan susah sang pendaki menuju puncak melewati lembah, jalan setapak yang curam menanjak, bahkan cuaca yang tidak bersahabat seperti badai, kabut tebal, dingin yang menusuk menjadi hal yang biasa bagi wanita pendaki yang selalu penuh semangat, begitupun juga diibaratkan seorang wanita yang kuat mempertahankan keutuhan keluarganya, bisa menerima suami apa adanya, bahkan bisa menghemat/bersurvivor di saat kantong suami bolong..... (heee...hee...... Peace boy...!)
            Dalam pendakian kehabisan logistic” kelaparan”  tersesat, cidera, menjadi cobaan tersendiri bagi pendaki, memakan makanan seadanya demi bertahan hidup, tidur beralaskan matras yang jauh dari kata empuk di dalam sempitnya tenda di tambah dinginnya malam yang sangat menusuk  tulang, Tapi lelah letih,dingin, lapar, bahkan sakit semua akan menjadi sirna ketika melihat indahnya matahari pagi sebagai awal baru datang di ufuk timur di puncak gunung di atas indahnya hamparan awan dan seakan berada di suatu NEGERI DI ATAS AWAN.
                                                                                    Semeru,16 mei 2010
                                                                                       @uje_kenangan